Pepatah Bahasa Arab

Standard

1. مَنْ سَارَ عَلىَ الدَّرْبِ وَصَلَ
Barang siapa berjalan pada jalannya sampailah ia

2. مَنْ جَدَّ وَجَدَ
Barang siapa bersungguh-sungguh, dapatlah ia

.
3. مَنْ صَبَرَ ظَفِرَ
Barang siapa sabar beruntunglah ia

.
4. مَنْ قَلَّ صِدْقُهُ قَلَّ صَدِيْقُهُ
Barang siapa sedikit benarnya/kejujurannya, sedikit pulalah temannya.

5. جَالِسْ أَهْلَ الصِّدْقِ وَالوَفَاءِ
Pergaulilah orang yang jujur dan menepati janji.

6. مَوَدَّةُ الصَّدِيْقِ تَظْهَرُ وَقْتَ الضِّيْقِ
Kecintaan/ketulusan teman itu, akan tampak pada waktu kesempitan.

7. وَمَااللَّذَّةُ إِلاَّ بَعْدَ التَّعَبِ
Tidak kenikmatan kecuali setelah kepayahan.

8. الصَّبْرُ يُعِيْنُ عَلىَ كُلِّ عَمَلٍ
Kesabaran itu menolong segala pekerjaan.

9. جَرِّبْ وَلاَحِظْ تَكُنْ عَارِفًا
Cobalah dan perhatikanlah, niscaya kau jadi orang yang tahu.

Read the rest of this entry

Membuat Starburst dengan Photoshop

Standard

Ini hanya sekedar sharing saja. Sebagai pemula selalu coba-coba dan terus belajar dari berbagai sumber. Namun adakalanya dalam proses belajar ada kawan yang bertanya tentang Photoshop. Kalau misalkan tahu ya langsung saja dijelaskan semampunya, dan kalau belum tahu harus ngulik dulu :D. Seperti kemarin ini ada seorang teman minta bantuan membuat efek “Starburst” dengan photoshop. Saya sudah menyarankan untuk membuka Youtube karena di sana banyak sekali tutorial dari para master. Namun teman itu keukeuh minta tutorial dari saya, dengan alasan di Youtube itu pakai bahasa Inggris. Oke deh saya coba buatkan dengan segala keterbatasan. Ini dia Videonya

Thanks for Money-Shirt (Meracau)

Standard

Dan mulailah saya bosan dengan komitmen. Mulut sampe berbusa untuk saling meyakinkan, bahkan sayalah yang diyakinkan akan hal yang sangat diidam-idamkan. Tapi begitu cepat sekali ada perubahan. Oh ya! saya tahu penyebabnya. Saya tidak pintar, tidak bertitel, tidak punya pekerjaan mapan dan tetntunya tampang fisik yang membosankan. Beberapa dari yang disebutkan itu bukankah nasib? Dan bukankah nasib itu  bisa dirubah. Oh mungkin saya terlalu banyak menyalahkan orang lain. Seharusnya saya banyak bercermin 😀

SHALAT KHUSYU ITU MUDAH – Baca, Coba, Bisa

Standard

“Mungkin anda tak percaya, tapi ini fakta. BACA-COBA-BISA”,  itulah slogan yang tertera dalam e-book yang baru saya print hari kemarin, terdiri dari 44 halaman dalam format PDF. Di halaman pertama bagian bawah, setelah halaman cover ada notif, “Silahkan menyebarkan e-book ini, menempatkan pada situs/blog, menyalin mengutip, mengcopy, mencetak, membagikan, sepanjang bukan untuk diperjualbelikan”. Itu artinya bebas disebarluaskan  dan digandakan selama tidak dikomersilkan atau merubah konten. Beberapa tahun lalu saya tahu e-book ini dari saudara sepupu yang memang dia hobi membaca.  Mencoba mencarinya di internet akan tetapi website yang bersangkutan http://www.shalatcenter.com  tidak bisa dibuka “This domain is parked, pending renewal, or has expired. Please contact the domain provider with questions” .   Untung saja file hasil download-an punya saudara saya yang sebelumnya dikira hilang ternyata ketemu lagi, Alhamdulillah.

E-book ini Versi 1.1 September 2008/Ramadhan 1429H.

Penasaran sekali ingin segera mengetahui isinya. Kurang informasi, kurang ilmu dan kurang bergaul dengan orang-orang berilmu memang menjadikan diri saya Katrok”. Semoga ini benar-benar bermanfaat.

Buat teman-teman yang belum pernah membaca dan berniat untuk menengok isinya bisa men-download file PDF -nya yang sudah saya upload.

Silahkan download di sini.

Perfect Numbers and Time to Say Good Bye

Standard


Rabu, tepatnya 15 Februari 2012 rencananya lari dari kesibukan sehari-hari.  Tapi bingung mau kemana kalau misalkan pergi refreshing, habisnya ga biasa jalan-jalan sih (kuper).  Kalau saja ada yang mengajak atau mau diajak menemani sepertinya asik juga :D. Pasalnya hari itu sekaligus mau menghabiskan waktu bersama 500D tersayang, karena 15 Februari besok  adalah hari terakhir memilikinya. Sedih memang barang kesayangan harus lewat ke tangan orang lain. Tapi sikon yang memaksa harus berbuat seperti itu. I apologize  my 500D. Tidak ada rencana sebelumnya untuk menjual 500D.  Bila sudah kepepet masalah keuangan ya jadinya seperti itu. Sebetulnya sudah ditawarkan beberapa waktu yang lalu kepada teman-teman, tapi jodohnya ternyata bulan ini. Tidak disadari,  1 tahun sudah memiliki 500D. 15 Februari 2011 adalah tanggal pembelian yang tertera pada bon transaksi dan segel. Yah…mau gimana lagi alurnya harus seperti itu.  Setahun yang lalu merasa sedih sekali, kesepian dan terlintas untuk membeli kamera yang akan selalu menemani. Saat itu bertepatan dengan tanggal keramat :p (jangan bertanya). Sudahlah,,,makin sedih jadinya. Semoga bisa membeli lagi kamera satu saat nanti. Berdoa, semoga ke depan semakin baik di segala hal. Bekerja lebih semangat, kesehatan jasmani & rohani/ akhlak & ibadah makin baik, makin banyak teman, mendapatkan satu teman special ehehe :D. Amiin

Aside

Entah kenapa suka tiba-tiba merasa sedih, mata berkaca-kaca kalau denger lantunan shalawat ini. Enam tahun yang lalu, tiap malam jum’at selalu melantunkan shalawat termasuk salah satunya “Ya Badrotim”. Bahkan hampir tiap sore bersama anak-anak remaja berlatih Shalawat di Masjid Albarokah. Senang sekali rasanya melihat semangat remaja saat itu, semakin menambah rasa betah di kampung halaman. Setelah enam tahun itu tak mendengar suara mereka lagi yang menggema di Masjid karena jarak Jakarta – Kuningan yang memisahkan. Semoga semangat mereka masih seperti dulu, semakin banyak remaja yang menggemakan shalawat atas Nabi.

Dulu sempat kesulitan mencari shalawat/langitan dalam format auido karena terbentur dana dan minimnya informasi. Tapi sekarang serba mudah dengan tekhnologi :),Alhamdulillah.

Saya rindu anak-anak kecil/remaja di kampung halaman sana. Semoga mereka selalu diberikan kemudahan menuntut ilmu serta dilimpahkan keberkahan.

“Ya Badrotim – ALBUM CAHAYA ROSUL 1 (MAYADA) “

Allahmumma Shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad

“YA BADROTIM”

MON HAYATI (LAGU ACEH)

Standard

Source : Google (edited)

Hari ini saat saya main game online,  seorang laki-laki tengah baya menghampiri lalu Handphone-nya minta diisiin lagu daerah. Beliau bilang, “Dek, tolong HP saya isiin lagu campursari sama tarlingan dong, terus sisanya dangdutan kaya rhoma irama gitu deh”. Sekitar 20 menit kemudian,  proses copy lagu ke memory card pun selesai kemudian saya mengembalikannya. Sambil melihat-lihat file  lagu daerah koleksi di komputer saya,  secara tidak sengaja menemukan sebuah judul lagu “Mon Hayati” yang sudah lama sekali tidak saya putar. Hal ini karena saya lupa judulnya kalau mau search file di folder.  Lagu ini saya copy tahun 2007 dari seorang teman,  Afrizal, asli orang Aceh dan merantau di Jakarta.  Saya pernah minta terjemahan lagu ini kepada Afrizal secara lisan, tapi  sayang sekali sekarang  sudah lupa sama sekali. Tapi isinya sih bertema Islami. Kalau saja saya bertemu Afrizal lagi pasti saya menanyakan  terjemahan lagu “Mon Hayati” ini. Saya rindu sekali kepada Afrizal. Dia teman yang sangat baik, tidak pemarah, penuh senyuman di wajahnya yang putih bersih dan ganteng. Kabar gembira yang saya dengar, Afrizal sudah menikah dan dikaruniai seorang anak, Alhamdulillah :). Kalau lagi kangen Afrizal, saya selalu play lagu“Mon Hayati”. Semoga Afrizal selalu dalam kebahagiaan dan keberkahan bersama keluarga tercinta. Saya akan selalu merindukanmu sahabatku.

Ingin sekali punya banyak lagu daerah Aceh, tapi saya cuma dapat beberapa saja termasuk yang ada di blog  acehdalamsejarah.blogspot.com.

Leutik-leutik Kuda Kuningan (Kecil-kecil Kuda Kuningan)

Standard

 

 

 

 

 

 

 

 

 

source : google.com

LATAR BELAKANG

Menurut Maria Koniq salah seorang budayawan yang berasal dari Swiss dalam bukunya : Sosicultural : Sundanis, menyebutkan bahwa kebudayaan yang berlangsung ribuan tahun yang bertahan sampai paruh tahun 90-an adalah budaya badarat (berjalan kaki). Hal itu disebabkan di Sunda tidak ada tradisi menaiki kendaraan. Seperti kuda, kerbau, sapi dan gajah atau binantang lainnya.

Hal itu berbeda dengan yang terjadi di kerajaan lainnya di Asia seperti Bengali India. Sebagai alat transfortasinya Gajah. Afrika, khususnya Mesir menggunakan Unta dan Keledai. Begitu pun di daratan Indocina yakni Cina, Kamboja, Vietnam, Thailand dan lainnya lebih kaya dengan alat tunggangan yakni Kuda, Keledai, Gajah, Kerbau, Sapi dan burung.

Pengaruh alat transfortasi darat dengan menggunakan hewan peliharaan ke wilayah-wilayah lain terjadi pada masa muhibahnya orang-orang daratan Indocina ke Asia Tenggara atau disebut ke wilayah selatan Asia. Terjadinya muhibah sekitar abad ke 1200 SM (sebelum masehi). Begitu pun terjadinya gelombang perpindahan penduduk dari India sekitar abad ke V M (Masehi).

Terjadinya perpindahan dari India ke Asia wilayah timur karena terjadi peperangan antar Kerajaan di Bengali (India). Dampaknya, termasuk Nusantara mengalami perubahan dari aspek transfortasi. Semula hanya berjalan kaki dari satu daerah ke daerah lainnya berkembang menggunakan hewan, terutama gajah yang berasal dari India.

Gajah pada masa itu sudah terdapat di kepulauan Sunda Besar dampak dari muhibah dari daratan Indocina. Hal itu diperkuat dalam sejarah kerajaan Nusantara yang pertama yakni Kerajaan Salakanagara yang berada di ujung kulon. Kemungkinan digunakannya Gajah sebagai alat transfortasi khususnya raja-raja dikarenakan dari daerah asal Mulawarman sudah mengenalnya.

Prof. DR. Slamet Mulyana, sejarawan lulusan Belanda dalam bukunya Babad Tanah Jawi dan Sejarah Tionghoa di Indonesia menegaskan. Abad ke IX atau Tahun 1405-1425 M (Masehi), Armada Tiongkok, masa Dinasti Ming di bawah Laksamana Haji Ceng Ho atau Sam Po Bo menguasai perairan dan panta-pantai Nan Yang (Asia Tenggara).

Tahun 1407, merebut Kukang (Palembang sekarang-red). Dan pada Tahun 1413, selama satu bulan singgah di Semarang untuk perbaikan kapal. Dalam perjalanan ini ada beberapa catatan penting yakni adanya penyebaran nilai-nilai arsitektur kepada masyarakat di pulau jawa. Pengenalan mengenai alat transfortasi dengan menggunakan kuda serta penyemaian pohon bambu.

Ketiga aspek itu sangat penting dalam perjalanan peradaban masyarakat di Indonesia, khususnya Sunda. Dilihat dari arsitektur, banyak bangunan peninggalan pada masa itu yang sampai saat ini masih terjaga. Begitu pun dengan tanaman bambu yang menjadi tanaman rakyat dan besar manfaatnya. Begitu pun sarana transfortasi kuda yang masih dapat dirasakan sampai sekarang.

  1. SEJARAH KUDA KUNINGAN

Keberadaan kuda di Kabupaten Kuningan, tidak terlepas dari pengaruh besar Ong Tin Nio atau Nyi Rara Sumanding, istri Sunan Gunung Djati. Pengaruh besar dalam tata kehidupan mulai dari aspek, sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan. Namun sepak terjangnya, jarang terungkap. Hal itu disebabkan beliau menjadi aktor di belakang layar.

Maksudnya, sebagai ibunda dari Adipati Kuningan atau Suranggajaya yang dinobatkan sebagai Adipati dan membawahi keadipatian Kuningan. Dalam sejarah Kuningan ada terjemahaan sebagai kearifan lokal bahwa Ong Tin Nio sebagai ibunda asuh. Semula Kuningan terbagi dua kerajaan kecil yakni Kajene dan Luragung dapat disatukan menjadi menjadi satu wilayah yakni Kuningan.

Sejak berdirinya Kerajaan Kajene sekitar abad ke VI M, dan dibawah kekuasaan Kerajaan Galuh. Masyarakatnya tidak mengenal alat transfortasi jalan darat maupun udara. Mereka melakukan perjalanan dengan berjalan kaki. Hal itu berlangsung secara beratus-ratus tahun. Hal itu bukan disebabkan tidak adanya alat transfortasi namun semata-mata belum merasakan manfaatnya.

Mungkin juga disebabkan ketidaktahuan pada masa itu. Namun pada abad ke XIV M, Ong Tin Nio yang datang ke Luragung untuk bertemu dengan suaminya, Sunan Gunung Djati. Baru lah diperkenalkan salah satu alat transfortasi yakni kuda. Kuda pada jaman itu, oleh Ong Tin Nio bukan sebagai alat transfortasi tapi merupakan binatang peliharaan untuk Suranggajaya.

Kuda sebagai alat peliharaan, memang masih asing pada masa itu. Namun sepertinya Ong Tin Nio sudah mengenal kuda. Hal itu disebabkan di wilayahnya memang banyak kuda. Kuda yang diberikan ke Suranggajaya pun berasal dari Campa (sekarang Kamboja). Ia sengaja membawa dari negara asalnya untuk transfortasi darat di daerah tujuannya.

Kuda yang dibawanya pun tidak banyak hanya beberapa ekor saja. Hal itu mengingat perjalanan laut yang lama dan isi kapal tidak memungkinkan. Hanya karena ia seorang perempuan dan terbilang masih putri raja maka disediakan alat itu untuk menempuh perjalanan jauh.

1).  Mengapa Kuda Kuningan Kecil

Kuda Kuningan sejak dahulu dikenal kecil makanya populer dengan sebutan kecil-kecil kuda kuningan. Sebetulnya pada masa Adipati Kuningan, kuda kuningan tergolong besar. Hanya oleh Ong Tin Nio, kuda bawaannya diternakan dengan kuda liar yang ada sejak dahulu kala. Kemungkinan kuda liar itu berasal dari muhibah pada jaman sebelum masehi.

Kuda liar tersebut hidup di sekitar lereng Gunung Ciremai bersama hewan lainnya. Kuda liar tersebut bertubuh kecil karena diperkirakan hasil evolusi seperti teori Darwin. Tubuhnya mengecil karena makanan yang tersedia sangat melimpah. Selain itu, kuda yang berperawakan besar dimangsa oleh binatang lebih besar.

Seperti hasil temuan fosil binatang purba di daerah Maneungteung Kecamatan Cidahu, dan Pasir Ipis Kecamatan Cibingbin. Hasil evolusi ini membawa binatang kuda lebih kecil dari sebelumnya. Sehingga ketika peternakan kuda yang dilakukan Ong tin Nio menjadi beragam. Sesuai hasil perkawinan silang antara kuda bawaannya dengan kuda liar.

2).  Si Windu

Kuda tunggangan milik Adipati Kuningan dikenal dengan nama si Windu. Kuda tersebut dikenal memiliki ketangkasan dalam membantu tuannya melaksanakan tugas kerajaan. Hal itu dibuktikan ketika terjadi peperangan antara Pasukan Kuningan dengan Galuh yang terjadi di Gunung Gundul atawa lebih dikenal dengan sebutan Palagan di Gunung Gundul.

Si Windu menyelamatkan Adipati Kuningan dari jeratan oyong ketika bertarung dengan Patih Arya Kiban dari Kerajaan Galuh. Selain itu membantu pula Adipati Kuningan dalam perang Batavia dengan Portugis. Menghancurkan Kerajaan Pajajaran di Bogor, Demak dan Wilatikta (sekarang Purworejo) Jawa Timur dalam perang melawan Portugis.

Sudah disebutkan di atas, bahwa kuda tunggangan Adipati Kuningan berasal dari Campa yang dibawa Ong Tin Nio sebagai hewan peliharaan. Dengan kata lain, si Windu sudah sangat akrab dengan Adipati Kuningan karena sejak kecil ia sudah mengenal hewan itu.

 

Sumber : wartadesa2007.wordpress.com & Tabloid Empati Edisi XXVI, 8-2011

Bimbingan Tilawatil Qur’an Oleh K.H. Muammar ZA

Standard

Bagi para pecinta seni baca Qur’an yang ingin menikmati lantunan suara merdu K.H Muammar ZA beserta anak didiknya silahkan download dari daftar di bawah ini dalam format mp3 :

  1. Bimbingan Tilawah Vol.1  Side A
  2. Bimbingan Tilawah Vo.1 Side B
  3. Bimbingan Tilawah Vo.2 Side A
  4. Bimbingan Tilawah Vo.2 Side B
  5. Bimbingan Tilawah Vo.3 Side A
  6. Bimbingan Tilawah Vo.3 Side B
  7. Bimbingan Tilawah Vo.4 Side A
  8. Bimbingan Tilawah Vo.4 Side B
  9. Bimbingan Tilawah Vo.5 Side A
  10. Bimbingan Tilawah Vo.5 Side B
  11. Bimbingan Tilawah Vo.6 Side A
  12. Bimbingan Tilawah Vo.6 Side B
  13. Bimbingan Tilawah Vo.7 Side A
  14. Bimbingan Tilawah Vo.7 Side B
  15. Bimbingan Tilawah Vo.8 Side A
  16. Bimbingan Tilawah Vo.8 Side B

Semoga bisa  menambah pengetahuan dan kecintaan membaca baca Qur’an.

Source : http://cengalpurba.blogspot.com

Tenggelam

Standard

source

Aku tak ingin menyelami air yg dalam
Telah tenggelam dua kali
Dan takut untuk ketiga kalinya

Aku kehausan
Tapi harus menelan air kepahitan
Padahal kuingin manisnya madu kecintaan
Saat itulah telinga kusumbat dan mata kupejamkan
Namun tetap mendengar dan melihat hal kegetiran
Makin terombang ambing tak berdaya
terhempas ke bebatuan
Terjerat jaring-jaring perangkap penakluk.
Meranalah….
Menangispun tak bisa
Terlalu banyak air tertumpah ke rongga-rongga tubuh ini
Sesak, pengap, mencuat menghimpit dada